Budaya Salim di SMP-SMK Bakti Luhur: Menanamkan Rasa Hormat Sejak Dini

Di tengah kemajuan zaman dan perkembangan teknologi yang pesat, SMP dan SMK Bakti Luhur Tambolaka tetap memegang teguh nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Salah satu tradisi yang masih dijaga dan terus diterapkan hingga saat ini adalah budaya salim atau cium tangan kepada guru dan orang yang lebih tua. Setiap pagi, sebelum memulai kegiatan belajar, para siswa SMP dan SMK Bakti Luhur terbiasa menyambut guru-guru mereka dengan salim—sebuah simbol penghormatan dan ketulusan hati dalam budaya Indonesia. Tradisi ini bukan sekadar rutinitas formal, melainkan bagian dari proses pendidikan karakter yang berkelanjutan.

Kepala Sekolah SMP-SMK Bakti Luhur menyampaikan bahwa budaya salim ini ditanamkan sejak hari pertama siswa masuk sekolah, termasuk saat kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Siswa baru diajak memahami makna salim bukan hanya sebagai bentuk sopan santun, tetapi juga sebagai simbol rasa hormat, rendah hati, dan cinta terhadap ilmu. “Salim bukan hanya menyentuh tangan guru, tetapi juga menyentuh hati dengan sikap hormat dan niat belajar yang tulus,”. Budaya ini menjadi ciri khas yang membedakan SMP dan SMK Bakti Luhur dengan sekolah-sekolah lainnya. Selain membentuk sikap santun siswa, salim juga mempererat hubungan emosional antara siswa dan guru, menciptakan suasana sekolah yang hangat, ramah, dan penuh kasih.

Selain kepada guru, siswa juga diajarkan untuk melakukan salim kepada orang tua, tamu sekolah, dan orang-orang yang lebih tua sebagai bentuk penghargaan terhadap nilai-nilai luhur budaya bangsa. Sekolah juga sering menyisipkan pesan-pesan moral tentang pentingnya sopan santun dan etika dalam pembelajaran agama, bimbingan konseling, maupun kegiatan keagamaan dan kebangsaan. Dengan menjaga budaya salim, SMP dan SMK Bakti Luhur Tambolaka tidak hanya mencetak siswa yang cerdas secara akademik, tetapi juga siswa yang berkarakter kuat, berbudaya, dan berakhlak mulia.