Berita
- By Andreas Jemsianus
- 14 Jul 2025
- 64
Budaya Salim di SMP-SMK Bakti Luhur: Menanamkan Rasa Hormat Sejak Dini
Di
tengah kemajuan zaman dan perkembangan teknologi yang pesat, SMP dan SMK
Bakti Luhur Tambolaka tetap memegang teguh nilai-nilai budaya dan karakter
bangsa. Salah satu tradisi yang masih dijaga dan terus diterapkan hingga saat
ini adalah budaya salim atau cium tangan kepada guru dan orang yang
lebih tua. Setiap
pagi, sebelum memulai kegiatan belajar, para siswa SMP dan SMK Bakti Luhur
terbiasa menyambut guru-guru mereka dengan salim—sebuah simbol penghormatan dan
ketulusan hati dalam budaya Indonesia. Tradisi ini bukan sekadar rutinitas
formal, melainkan bagian dari proses pendidikan karakter yang berkelanjutan.
Kepala
Sekolah SMP-SMK Bakti Luhur menyampaikan bahwa budaya salim ini ditanamkan
sejak hari pertama siswa masuk sekolah, termasuk saat kegiatan Masa
Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Siswa baru diajak memahami makna
salim bukan hanya sebagai bentuk sopan santun, tetapi juga sebagai simbol
rasa hormat, rendah hati, dan cinta terhadap ilmu. “Salim bukan hanya
menyentuh tangan guru, tetapi juga menyentuh hati dengan sikap hormat dan niat
belajar yang tulus,”. Budaya
ini menjadi ciri khas yang membedakan SMP dan SMK Bakti Luhur dengan
sekolah-sekolah lainnya. Selain membentuk sikap santun siswa, salim juga
mempererat hubungan emosional antara siswa dan guru, menciptakan suasana
sekolah yang hangat, ramah, dan penuh kasih.
Selain kepada guru, siswa juga diajarkan untuk melakukan salim kepada orang tua, tamu sekolah, dan orang-orang yang lebih tua sebagai bentuk penghargaan terhadap nilai-nilai luhur budaya bangsa. Sekolah juga sering menyisipkan pesan-pesan moral tentang pentingnya sopan santun dan etika dalam pembelajaran agama, bimbingan konseling, maupun kegiatan keagamaan dan kebangsaan. Dengan menjaga budaya salim, SMP dan SMK Bakti Luhur Tambolaka tidak hanya mencetak siswa yang cerdas secara akademik, tetapi juga siswa yang berkarakter kuat, berbudaya, dan berakhlak mulia.